Header ads

Header ads
Kembangkan Bisnis Kamu dengan Iklan di Kabar Magelang
» » Brayat Ageng Sentono Mangkualam, Matra dan Trah Diponegaran Magelang Gelar “Suran Houl Pepunden” di Borobudur

Borobudur, kabarMagelang__Dalam rangka menghormati serta mengingat jasa para leluhur, Brayat Ageng Sentono Mangkualam, Matra, Trah Diponegaran serta Brayat Sanja Kadang Omah Mbudur  menggelar acara bertajuk “Suran Houl Pepunden” yang digelar di Omah Mbudur, Jumat (2/8/2024) kemarin.

Trah Diponegaran merupakan orang yang memiliki keturunan asli dari Pangeran Diponegoro. Kegiatan tersebut dimulai dengan proses kirab ritual lampah menuju makam Eyang Suro Dipo. Kemudian saat para peserta sampai di pepunden atau makam, para peserta melaksanakan kidung puja bakti, umbul do’a, kemudian diakhiri dengan prosesi tabur bunga ke sekitar makam Eyang Suro Dipo.

Ketua penyelenggara  Nuryanto menjelaskan Eyang Suro Dipo dahulu juga sering dikenal sebagai Kyai Jugil awar-awar. Dimana nama tersebut diberikan karena beliau meninggal dengan luka tembak dalam perang diponegoro. Lantas saat dimakamkan, beliau hanya dimakamkan dengan dibungkus daun awar-awar.

“Ini tanda bukti kita mencintai para leluhur atau pendahulu kita, para pejuang kita yang rela berkorban untuk kemerdekaan bangsa Indonesia,” jelas pemilik Omah Mbudur ini.

Dia menuturkan, silsilah “Dipo” tersebut sempat terputus. Hal itu disebabkan, saat Pangeran Diponegoro tertangkap. Dimana di zaman itu apabila terdapat orang dengan silsilah “Dipo” maka akan dikejar oleh Belanda, sehingga keluarga “Dipo” mengganti marganya untuk menghilangkan jejak.

“Karena setelah Pangeran Diponegoro itu selesai perang, ada perbedaan. Yang tadinya perlawanan Belanda dengan cara berperang, diganti dengan cara diplomasi,” terangnya.

Nuryanto menambahkan, Acara yang dilaksanakan bertepatan di bulan Suro tersebut, kedepannya akan dilakukan secara rutin. Dimana salah satu tujuannya “Mikul Duwur Mendem Jero” atau dapat dimaknai dengan untuk kemuliaan diri sendiri dan kemuliaan leluhur. Dimana maksudnya untuk meneruskan cita-cita para leluhur untuk bermanfaat bagi sesama. 

“Acara seperti ini bisa menjadi rutin tahunan, bukan tidak mungkin. Karena secara tidak langsung, ikut mendukung keberadaan Borobudur melalui pelestarian budaya,” jelas Nuryanto.

Sementara itu, salah satu trah keturunan  Pangeran Diponegoro Kuswarit Diponegaran mengatakan, di Kabupaten Magelang sendiri ada sekitar 600 orang yang memiliki keturunan asli dari Pangeran Diponegoro. Dimana yang terbanyak, tersebar di Kecamatan Borobudur dan kebanyakan merupakan keturunan kelima dan keenam seperti dirinya yang mewarisi dari ayahnya.

“Saya sangat bersyukur dan berbangga hati, karena ada inisiatif untuk menghormati leluhur. Kita berbakti sama leluhur itu agar kita mendapatkan berkah dan rahmat Allah dan leluhur kita sendiri,” terangnya.

Dirinya juga menjelaskan, awal dimana dirinya mewarisi keturunan tersebut karena dahulu, istri Pangeran Diponegoro yang bermukim di Wilayah Borobudur saat zaman perang memiliki anak yang bernama Raden Tumenggung Ronggo Prawiro Dipo.

“Dari situlah keturunan Pangeran Diponegoro itu berlanjut, hingga salah satu keturunannya menjadi lurah di Wilayah Kembanglimus dan Menoreh sebelah utara. Dan memengaruhi empat desa,” pungkas Kuswarit yang juga ketua Paguyupan Diponergan Magelang ini. (haq).

 

 

 

About kabarmagelang.com

Info terupdate seputar Kabar Magelang. Lejitkan dan Kembangan usaha Anda di Kabar Magelang
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply