Borobudur, kabarMagelang.com__Perayaan ulang tahun Desa Giritengah
ke-353, Kecamatan Borobudur, Magelang berlangsung meriah. Dengan
mengusung tema “Nandur Subur Makmur” desa dampingan Disporapar Jawa Tengah ini
menyelenggarakan gelar budaya dengan tujuan selain mempromosikan desa
pariwisata juga melestarikan budaya yang ada.
Gelar
budaya yang digear selama tiga hari (21 – 23/6/2024) tersebut diisi berbagai
ragam kegiatan. Salah satu yang menjadi sorotan dari Disporapar Jawa Tengah
adalah kesenian tradisional Gatho loco. Pasalnya kesenian tersebut mengandung
filosofi dan kehidupan manusia.
Kepala
Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Disporap[ar Propinsi Jawa Tengah Arya
Candra Destiyanto mengatakan Desa Giritengah ini merupakan desa dampingan dari
Dinas Kepemudaan Olahraga
dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah
memasuki tahun ke dua. Dan ini merupakan tahun ke dua Disporapar Jawa Tengah
melakukan pendampingan di desa sini dengan tujuan untuk mengentaskan kemiskinan
sumber daya manusia (SDM).
“Secara
garis besar tujuanya adalah bagaimana menumbuhkan tingkat ekonomi masyarakat
selain dari petani. Dengan egiatan ini perputaran keuangan juga lumayan banyak
usaha kecil ikut berperan. Ini kerja kita semua dengan Masyarakat,
sehingga kita berharap setelah kegiatan ini jangan sampai terus berhenti
tahun depan. Kita akan selalu dorong dan support dari segala aspek,” ungkapnya
di sela-sela kegiatan gelar budaya di Desa Giritengah, Sabtu (22/6/2024).
Dia
menerangkan bahwa kegiatan ini digelar selama tiga hari (20 – 22 /6/2024)
dengan berbagai kegiatan. Dimana pada hari pertama adalah lomba senam dan
pagelaran kesenian. Dilanjutkan hari kedua (hari ini 21/6/2024) yakni prosesi
kirap, ritual sendang suruh. Dan ditutup pada hari ketiga besok (23/6/2024)
pementasan wayang kulit.
“Dan
ini betul-betul dari swadaya desa. Ini yang sangat kita apresiasi.karena
pemerintah kan ada batasnya tidak mungkin akan memberikan yang wahh dan terus
menerus,” kata Arya.
Arya
mengungkapkan di Desa Giritengah ini ada beberapa potensi desa yang dinilai
hampir punah yang dikarenakan kurangnya pengelolaan hingga rendahnya sumber
daya manusia (SDM).
“Diawal
desa ini ada beberapa potensi yang sudah mati suri, kemungkinan pengelolaanya
kurang baik, SDM yang masih rendah. Dan ini yang kemudian kita jadikan Desa
Giritengah menjadi desa dampingan. Jadi kita ingin desa ini bisa berkembang,
dan mandiri, karena desa ini juga desa wisata,” jelasnya.
Yang
kedua lanjut Arya, Desa Giritengah ini dari Candi Borobudur tidak terlalu jauh
hanya sekitar 5 km. Sehingga jika wisatawan ke Candi Borobudur, bisa didorong
untuk berkunjung di Desa wisata Giritengah.
“Yang
tidak kalah menariknya di Desa Giritengah ini ada kesenian Gatho Loco. Kesenian
ini sebenarnya menarik, namun hampir punah dan mati suri, ini kita coba dorong
kembali. Kita uri-uri lagi kesenian ini. Karena disitu banyak filosofi, dan
pituturnya.bahkan ada pranotomonsonya bahkan siklus kehidupan manusia bisa
diceritakan melalui kesenian Gatho loco,” ujar Arya.
Kepala
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Magelang Mulyanto
mengatakan gelar budaya ini sangat strategis dan baik utamanya dalam rangka
mendorong atraksi kesenian dan kebudayaan yang ada di Desa Giritengah. Pasalnya
Candi Borobudur sudah ditetapkan menjadi 5 Distinasi Pariwisata Super Prioritas
(DPSP) maka penyangga pariwisata yang ada di Kabupaten Magelang khususnya
Borobudur tumbuh dan berkembang luar biasa.
“Dan
ini bisa menjadi menyempuranaan bagaimana kita bisa melayani para pengunjung
wisata baik manca maupun domestic untuk mengeksplorasi wisata yang ada di
kawasan Borobudur. Ini seiring dengan sedang diprosesnya Perda tentang kemajuan
pariwisata berbasisi budaya dan kearifan lokal,” terangnya.
Dia
berharap kegiatan gelar budaya Desa Giritengah kedepan adalah peningkatan
sinergitas dalam pentaholik, terutama sinergitas dengan media masa.
“Media
masa memiliki peran penting. Media masa dan media sosial hadir membersamai
seluruh ekosistem utamanya para pelaku pariwisata,” kata Mulyanto
Sementara
itu Ketua Panitia Gelar Budaya Desa Giritengah Taufik Wahyono menjelaskan,
kegiatan ini adalah salah satu rangkaian dari peringatan hari jadi Desa
Giritengah ke 353 yang dikemas dalam Gelar Budaya dengan tema “Nandur Subur
Makmur”.
“Tema
tersebut memiliki arti dan harapan setelah masyarakat menanam maka harus subur,
dan menjadi Makmur,” tuturnya.
Dia
menyebutkan dalam rangkaian kegiatan ini selain kirap juga akan dilaksanakan
ritual di kawasan sendang suruh yakni “Ritual Siraman Lebur Sengkolo”.
“Kita
membuang segala macam penyakit mapun angkara murka yang ada di Desa Giritengah,
sehingga masyarakat menjadi semakin makmur,” ucap Taufik.
Dalam
kegiatan ini melibatkan seluruh masyarakat Desa Giritengah yang terdiri dari
enam dusun.
“Seluruh
warga baik tua maupun muda dari masing masing dusun semua berbaur dalam
kegiatan ini. Minimal mengeluarakan satu kesenian yang ada. Selain itu juga
semua potensi yang ada di Desa Giritengah dikeluarkan seperti produksi madu,
pertanian, kerajinan serta berbagai macam usaha kecil,” pungkasnya. (haq)
Tidak ada komentar: