KabarMagelang.com__Perubahan iklim bisa membawa dampak buruk terhadap berbagai hal, salah satunya yaitu penurunan produksi hasil panen, baik secara kuantitas maupun kualitas yang pada akhirnya bisa mengancam ketahanan pangan nasional.
Hal ini ditekankan oleh Bupati Magelang yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Magelang, Adi Waryanto saat menghadiri acara deklarasi Kecamatan Ngablak menuju Kecamatan Proklim yang dilaksanakan di Pinea Forest Mangli Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kamis (21/9/2023).
Sekretaris Daerah Kabupaten Magelang Adi Waryanto mengatakan, untuk menanggulangi perubahan iklim tersebut, Bupati Magelang pada tahun 2019 lalu telah menginstruksikan kepada seluruh Camat di Kabupaten Magelang, melalui Instruksi Bupati Nomor 1 tentang pembentukan Program Kampung Iklim Kabupaten Magelang. Hal itu dilakukan sebagai upaya dalam mendukung terwujudnya kemandirian pangan, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
"Saya berharap kegiatan ini tidak hanya sebatas deklarasi saja. Namun, tetap terus memperkuat komitmen dengan melakukan langkah-langkah nyata, seperti penghijauan dengan melakukan penanaman pohon sebanyak-banyaknya, menjaga sumber mata air, tidak membakar sampah, hutan dan lahan secara sembarangan, serta berupaya untuk mengurangi risiko dan ancaman akibat bencana yang disebabkan dari perubahan iklim," kata Adi Waryanto.
Melalui deklarasi ini Adi mengajak kepada seluruh elemen masyarakat maupun komunitas untuk bergotong royong dan bersinergi terlibat aktif dalam melakukan penguatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan emisi Gas rumah Kaca, serta kepada Pemerintah Kecamatan Ngablak agar selalu memberikan dorongan dan bimbingan, bahkan pengakuan terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang telah dilakukan oleh desa, yang pada ujungnya bisa meningkatkan kesejahteraan di tingkat desa.
"Tidak kalah penting, agar setiap desa untuk membentuk Pokja Proklim, yang mana nantinya, dari masing-masing desa itu agar saling berjejaring atau terhubung satu sama lainnya, karena setiap kampung iklim memiliki cara dan keunikannya sendiri. Dengan saling berjejaring, maka kampung iklim bisa saling belajar dan mencontoh agar menjadi semakin baik," tuturnya.
Sementara, Camat Ngablak Pudjo Ihtiarta melaporkan bahwa hingga saat ini masyarakat Kecamatan Ngablak masih enggan untuk membuang sampah di TPS3R maupun bank sampah.
"Memang di wilayah Kecamatan Ngablak terdapat 4 TPS3R namun belum optimal, ada dua yang macet dan dua yang jalan. Dan kita masih jumpai pembuangan sampah di sungai, di got maupun membakarnya. Ini sangat bahaya sekali karena akan meningkatkan konsentrasi rumah kaca atau pemanasan Global," ungkap Pudjo.
Selain itu, lanjut Pudjo masih banyak dijumpai para peternak yang membuang kotoran di got atau saluran pembuangan air.
"Kita bersama Pemerintah Desa bekerja sama untuk pelan-pelan merubah pola pikir masyarakat ke arah yang lebih ramah lingkungan," katanya.
Menurut, Pudjo solusi yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan dibentuknya Program Kampung Iklim (Proklim) dengan menggandeng Dinas Lingkungan Hidup selama dua bulan untuk berputar di enam desa membentuk dan mensosialisasikan Proklim. Enam desa tersebut antara lain, Desa Girirejo, Jogoyasan, Pandean, Ngablak, Tejosari dan Jogonayan.
"Ke depan sampai bulan Desember akan kita bentuk seluruhnya 16 desa sebagai Kampung Proklim,"
Pada kesempatan yang sama, Camat Ngablak dan seluruh Kepala Desa melakukan deklarasi bersama sekaligus Pencanangan Kecamatan Proklim.(kmgl/az).
Tidak ada komentar: