BOROBUDUR, kabarMagelang.com__Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar Pekan Konsolidasi Tenaga Budaya (PEKAT Budaya) di Borobudur, Magelang 8 – 10 September 2022. Pekat Budaya ini diikuti perwakilan dari beberapa daerah dan manca negara.
Kegiatan ini mempertemukan
perwakilan dari setiap pelaku prakarsa budaya untuk hidup berkelanjutan,
meliputi KIKI, KBKM, Desa Pemajuan Kebudayaan dan PKD, di tiga desa di kawasan
Borobudur (Karangrejo, Karanganyar, Wanurejo).
PEKAT Budaya tersebut
sekaligus menjadi ruang temu para stakeholder dan pelaku budaya untuk saling
berdialog memberikan pandangan tentang “Kebudayaan untuk Kehidupan yang
Berkelanjutan”.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Hilmar Farid, mengungkapkan Forum musyawarah kolektif yang
mempertemukan pelaku budaya, akademisi dan warga desa ini diharapkan dapat
menciptakan pesan kunci rumusan “Amanat Borobudur” yang akan disampaikan pada
pertemuan tingkat menteri negara-negara G20 pada 13 September 2022.
“Untuk
mengantarkan pesan kunci itu, warga desa di kawasan Borobudur akan menggelar
Kirab Budaya dari Candi Pawon ke Borobudur pada 12 September dan mengadakan
Rapat Raksasa setibanya mereka di Lapangan Lumbini, Borobudur,” ungkapnya usai
membuka kegiatan Pekat Budaya di Balkondes Karangrejo, Kamis (8/9/2022).
Dia
menjelaskan bahwa kebudayaan di Indonesia selalu berkenaan dengan hubungan
manusia dengan alam.
“Jadi kita
disini ingin mengingatkan kembali betapa pentingnya memasukkan hubungan dengan
alam itu dalam pembicaraan tentang kebudayaan. kita mau kembali membumikan
dalam pengertian harfiah atau kiasan,” ujarya.
Kegiatan ini
dipilih karena selama ini mungkin menganggap bumi itu seperti konstan. Padahal terus berubah dari waktu ke waktu.
“Sekarang kita
dalam keadaan yg kurang baik. Karena degradasi lingkungan, perubahan iklim dan
seterusnya. Jadi kita ingin dalam pekan konsolidasi tenaga budaya mengingatkan
semua temen seniman, pelaku budaya, pemerintah,” jelasnya.
“Arti penting
pekan konsolidasi ini untuk meneguhkan komitmen bahwa kebudayaan itu sejatinya
untuk memastikan bumi itu tetep lestari,” lanjut Hilmar.
Hilmar menilai
pengalaman ini sangat penting untuk mulai di sirkulasikan. Pasalnya dari situ bisa mengambil pelajaran bagaimana caranya di
tempat yang berbeda, dengan kebudayaan yang berbeda - beda dengan ekosistem yang berbeda - beda punya
satu komitmen guna memastikan bumi akan lestari.
“Memastikan
kita ini yang memiliki kekayaaan kebudayaan yang begitu luar biasa bisa
bersatu. Karena sering kali hilangnya budaya itu berakibat praktek - praktek
baik untuk menjaga bumi juga ikut hilang,” paparnya.
“Ini kan ada
amanat borobudur yang di rumuskan oleh temen-temen nanti tentu akan berbentuk
dokumen, pada waktunya nanti akan disampaikan secara langsung kepada Menteri-menteri
yang bersidang pada tanggal 13 September 2022 mendatang,” pungkas Hilmar Farid
Pekat Budaya
ini diikuti sekitar 200 peserta perwakilan dari berbagai daerah dan mancanegara
diantaranya dari sukabumi, Sumatra. Kemudian dari swiss, italia, meksiko,
belanda, yang datang dengan kesadaran serta biaya sendiri.(Kbm2).
Tidak ada komentar: