Borobudur, kabarMagelang.com__Kisah inspiratif datang dari jajaran TNI-AD, Kopka Mugiyanto,
anggota Koramil 19/Borobudur Kodim 0705 Magelang yang pernah terpuruk karena
kehilangan salah satu kakinya hingga diamputasi akibat terkena ranjau saat
bertugas di Ambon. Kini ia sukses menjadi petani kelengkeng, bahkan ia juga
membina ribuan petani buah di berbagai pelosok Nusantara.
“Awalnya dinas di
Ambon pada tahun 2001, di sana kena ranjau lalu kaki kanan saya diamputasi.
Setelah itu saya pulang ke Kesatuan Rindam 4 Diponegoro, lalu saya kursus
di Pusrihatat Kemhan selama 6 bulan hingga terampil dan dilanjutkan
tingkat mahir tahun 2006,” jelas Kopka Mugiyanto, saat ditemui di kebunya.
Setelah mengikuti
kursus, lantas ia mengaplikasikannya di lapangan, dengan melihat
potensi-potensi yang ada, kemudian ia melirik tanaman jenis kelengkeng Kateki.
“Kebetulan
kelengkeng itu termasuk tanaman buah yang mempunyai potensi luar biasa. Sebab
kita melihat data-data di Kementrian Pertanian dan Kementrian Perdagangan pada
tahun 2017 saja mendatangkan sebanyak 99.000 ton,” jelasnya.
Menurutnya tanaman
kelengkeng ini bisa di manage untuk pembuahan kapan pun. Jadi bisa dikehendaki
kapan akan dibuahkan sehingga tidak harus menunggu satu tahun sekali.
“Jadi seandainya
kita punya event dan di luar over untuk buah, kita tidak usah melakukan
pembuahan. Dan pada saat di luar kurang buah, baru kita melakukan pembuahan
sehingga bisa panen. Jadi kita tidak bisa dipermainkan oleh harga tetapi kita
bisa mengatur harga buah kelengkeng,” ungkap Mugiyanto.
Saat ditemui di
kebunnya dengan luasan 1,3 hektar, terlihat pohon kelengkeng yang sedang
memasuki fase kembang, fase buah muda, dan pasca panen. Selain itu, ia juga
menjual bibit pohon alpukat, durian dan kelengkeng dengan konsep agro
eduwisata.
“Kita juga
melakukan edukasi, jangan sampai melihat tanaman yang berbuah terus beli bibit,
kok mereka tidak bisa merawat dan belum tahu akan kebutuhan akan tanaman. Jadi
ambil bibit di sini, kemudian kita pandu untuk merawat dari persiapan,
penanaman, hingga pasca panen. Sebab panen kedua itu harus mempunyai target dua
sampai tiga kali lipat dari panen sebelumnya, dengan metode-metode yang ada dan
teknik-teknik sesuai dengan SOP yang kita punya,” terangnya.
Meskipin dalam usahanya
ada beberapa kendala seperti kesulitan air akibat dari kemarau panjang, dan
adanya hama terutama kelelawar, namun kebun buah Mudiyanto ini masih bisa
berbuah hingga 12 ton, per tahunya. Saai ini pria kelahiran Semarang ini juga
menjadi salah satu tutor tanaman buah di berbagai daerah hingga ke luar jawa.
“Kita sering
diminta untuk membina petani-petani hingga luar jawa, mulai dari aceh,
Sulawesi, Kalimantan, Sumatera,” kata Mugiyanto.
Saat ini, ia tengah
bekerjasama dalam bidang pengembangan kawasan bersama dengan Kementrian dan Dirjen
Hortikultura.(Kb.M2)
Tidak ada komentar: