kabarMagelang.com__Bawaslu Kabupaten
Magelang akan menggelar Festival Soreng Bawaslu di Taman Parkir Gunung
Telomoyo, Desa Pandeyan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Minggu (17/11)
lusa. Festival ini akan diikuti sejumlah kelompok kesenian tradisional di
sekitar lereng Gunung Merbabu, Gunung Andong dan Gunung Telomoyo.
Ketua Bawaslu
Kabupaten Magelang M Habieb Shaleh SS, mengatakan Tarian Soreng dipilih karena
memiliki gerakan tarian yang menunjukkan sikap dan semangat kepahlawanan dan
sikap berani berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan. Tujuannya
untuk menanamkan Gerakan Anti Politik Uang kepada masyarakat Kabupaten
Magelang.
“Gerakan tari
soreng dinilai bisa memberikan pesan-pesan positif kepada masyarakat. Pada masa
Pilkada Bawaslu juga sudah membentuk Kelompok Tari Soreng yang anggotanya
pengawas pemilu. Dari tari Sorenglah Bawaslu mengadopsi moto Siogo Magito Gito,”
ujarnya Jumat (15/11).
Habieb
menyebutkan Festival Soreng Bawaslu ini juga akan dimeriahkan berbagai kegiatan
diantaranya Lomba Melukis Anti Money Politics, Diskusi Anti Money Politics,
Pasar Rakyat, Lomba Foto Event dan lainnya.
“Festival
Soreng Bawaslu rencananya akan dibuka Bupati Magelang Zaenal Arifin serta
dihadiri Forkompimda dan sejumlah tokoh,” kata Habieb.
Dia juga
menegaskan bahwa dalam acara ini, Bawaslu Jawa Tengah rencananya akan
me-launching 5 desa di lereng Gunung Andong dan Gunung Telomoyo menjadi Desa
Anti Politik Uang (Desa APU). Kelima desa tersebut yaitu Desa Giri Rejo, Desa
Jogoyasan, Desa Sumberejo, Desa Pagergunung dan Desa Pandean. Kelima desa
tersebut sudah menerima sosialisasi dan pembinaan dari Bawaslu Kabupaten
Magelang serta mantan Ketua Bawaslu RI Bambang Eka Cahya Widodo dan Katib
Syuriah PCNU Kabupaten Magelang Gus Ahmad Labib Asrori.
“Desa Anti
Politik Uang (Desa APU) adalah desa dengan karakter masyarakat memiliki
kesadaran politik tinggi untuk mewujudkan demokrasi bersih dan bermartabat,
serta memiliki komitmen kokoh untuk menolak dan melawan money politics,”
terangnya.
Sebelumnya,
Bawaslu Kabupaten Magelang sudah melaunching 3 Desa Anti Politik Uang (Desa
APU) bersamaan peringatan Hari Pahlawan 10 November 2019 di halaman SD Negeri
Sambak, Kajoran, yaitu Desa Sambak, Kecamatan Kajoran, Desa Ngawen (Muntilan)
dan Desa Kaliurang (Srumbung).
Selain Desa
APU, Bawaslu Kabupaten Magelang juga sudah melaunching 3 Desa Pengawasan yaitu
Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Desa Ngargoretno Kecamatan Salaman dan
Desa Ketundan, Kecamatan Pakis.
Launching 8
Desa APU dan 3 Desa Anti Politik Uang ini melebihi target dan tugas yang
diberikan Bawaslu Jawa Tengah kepada setiap Bawaslu Kabupaten/Kota. Sampai
akhir Desember 2019, Bawaslu Jawa Tengah memberikan tanggung jawab kepada
setiap Bawaslu kabupaten/kota untuk membentuk 3 Desa Pengawasan dan 3 desa APU.
Adapun Bawaslu Kabupaten Magelang sudah berhasil membentuk 11 desa.
Pembentukan 8
Desa APU dan 3 Desa Anti Politik Uang ini akan menambah desa binaan Bawaslu
Kabupaten Magelang. Pada Pemilu 2019 Bawaslu Kabupaten Magelang sudah lebih
dulu membentuk Desa Anti Politik Uang Jaga Demokrasi (Desa Sapu JagaD) di Desa
Somoketro, Kecamatan Salam, serta Kampung Anti Money Politics di Dusun Pandean,
Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, dan Dusun Sawangan, Desa/Kecamatan
Sawangan. Bawaslu Kabupaten Magelang juga memiliki program Keluarga Anti Money
Politics (KeAMP) dengan anggota 48 ribu keluarga.
Program-program
tersebut disusun Bawaslu Kabupaten Magelang sebagai bagian dari strategi
menekan dan mencegah praktik-praktik politik uang di masyarakat. Program ini
tidak sekedar seremony namun menjadi program berkelanjutan Bawaslu Kabupaten
Magelang.
Camat Ngablak
Budi Daryanto mengatakan pihaknya akan memanfaatkan momen Gelar Budaya Bawaslu
untuk menggelar Deklarasi dan Ikrar Pilkades Damai. Untuk itu, pihaknya sudah
mengundang seluruh Cakades se-Kecamatan Ngablak untuk menghadiri Gelar Budaya
Bawaslu.
"Kami
sangat mendukung kegiatan Launching Desa Anti Politik Uang yang dirangkaikan
dengan kegiatan Gelar Budaya.," kata dia.
Kegiatan ini
dinilai akan mengedukasi kepada masyarakat bahwa era sekarang ini, sudah bukan
jamannya lagi sebuah Pesta Demokrasi atau Pemilihan Pemimpin di Tingkat apapun
(Desa, Daerah, Pusat) harus diwarnai dengan politik uang atau serangan fajar.
"Harapan
kami, dengan adanya kegiatan ini, warga masyarakat di desa-desa di wilayah kami
semakin sadar, bahwa dalam memilih pemimpin, mereka harus melihat, rekam jejak,
visi dan misi, kemampuan dan kemauan dari Calon dalam memperjuangkan daerah
yang dipimpinnya," kata dia. (Kb.M2)
Tidak ada komentar: