KOTA, kabarMagelang.com__Dinas
Kesehatan Kota Magelang bersama dengan sejumlah pihak terkait memasang stiker
di sejumlah gerobak milik penjual jajanan keliling. Pemasangan terebut
dimaksudkan sebagai tanda bahwa makanan yang dijual layak konsumsi dan lolos
tes uji bahan berbahaya.
Kepala Seksi Farmamin (Farmasi, Makanan,
Minuman) dan Alat Kesehatan (Alkes) Dinas Kesehatan Kota Magelang, Dumaria
mengatakan, pihaknya memang rutin melakukan uji sampel makanan berupa jajanan
anak yang dijual di kantin-kantin sekolah.
"Tahun ini, kita menguji sebanyak
300 sampel Pangan Jajan Anak Sekolah (PJAS) yang dijual di kantin-kantin
sekolah. Yakni di 77 kantin Sekolah Dasar (SD), 23 kantin Sekolah Menengah Pertama
(SMP), dan 37 jajanan yang dijual keliling, di Kota Magelang," jelas
Dumaria.
Dia menambahkan, sampel-sampel jajanan
tersebut kemudian diuji oleh tim yang berasal dari Dinas Kesehatan, Puskesmas,
Sanitarian, Laboratorium Kesehatan Kota Magelang.
"Dari 300 sampel yang diuji, 17
persen diantaranya atau sekitar 52 jajanan mengandung bahan berbahaya. Yakni
formalin dan rhodamin b," terang Dumaria.
Dia menyebutkan, jajanan yang mengandung
formalin antara lain sate bakso, cilok, sate usus, usus goreng, sate hati, mie
gulung, mie kuning, mie kopyok, sosis, roti bakar, donat, pisang keju, omelet. Sedangkan
jajanan yang mengandung rhodamin b antara lain sirup, es lilin, sosis, tempura,
susu kedelai, lapis, jenang mutiara.
Menurut Dumaria, konsumsi jangka panjang
makanan yang mengandung dua bahan berbahaya tersebut sangat buruk bagi
kesehatan.
"Kalau anak-anak sering makan
makanan yang mengandung formalin bisa mengalami gangguan proses pertumbuhan.
Sedangkan konsumsi makanan mengandung rhodamin bisa mengakibatkan gangguan
konsentrasi, sulit tidur, hyperaktif dan iritasi saluran pencernaan, gangguan
fungsi hati/kanker hati," urainya.
Dengan adanya temuan tersebut, Dumaria
mengajak berbagai pihak untuk turut mengawasi peredaran maupun konsumsi jajan
anak.
"Saya mengajak dinas pendidikan
untuk lebih menyeleksi jajanan anak yang bisa masuk di kantin sekolah. Kami
juga mengawasi para penjual, termasuk memberikan tanda atau stiker kepada
pedagang keliling yang sudah lolos uji, sehingga masyarakat bisa tahu mana
jajanan yang aman dan tidak untuk dikonsumsi," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Pedagang
Keliling Sekolah Sidomulyo Kota Magelang, Hardiman mengatakan, pihaknya rutin
menggelar pertemuan setiap satu bulan sekali untuk membahas terkait penjualan
jajanan keliling.
"Kita sering menyampaikan kepada
para pedagang, kalau mau membuat dan menjual makanan untuk orang lain, harus
yang baik. Tapi terkadang ada yang memang hanya demi mencari untung yang lebih
kemudian menggunakan bahan berbahaya," kata Hardiman.
Pihak paguyuban sendiri, menurutnya,
tidak bisa mengawasi satu per satu pedagang. Dia pun tidak sepenuhnya
menyalahkan para pedagang, karena banyak bahan dasar pembuatan jajanan yang
sudah mengandung bahan berbahaya sejak dari pabriknya.
"Dari kita sudah berusaha menjual
jajanan yang layak konsumsi, tapi dari pihak ketiganya yang menggunakan bahan
berbahaya. Contohnya mie, bawang, dan lainnya," tandas Hardiman. (Kb.M1)
Tidak ada komentar: