"Tujuanya selain melestarikan warisan budaya nenek moyang, juga sebagai wadah bagi para penggemar ayam aduan untuk menghidari perjudian," katanya.
Dia mengakui bahwa selama ini masih ada pandangan negatif dari masyarakat karena kontes semacam ini masih dianggap sebagai ajang perjudian. Akan tetapi kontes yang diselenggarakan oleh Papaji murni non judi.
"Pelaksanaanya kaki ayam yang dikonteskan semua dibungkus kakinya, sehingga tidak melukai. Disamping itu waktu juga dibatasi yakni 15 menit," tegas Hendro.
Ketua panitia yang juga pengurus Papaji Jawa Tengah Arnanda Sulistyono, menyebutkan ada 196 ekor aduan dari berbagai jenis seperti Bangkok, Birma, Saigon dan Campuran , terdiri dari 60 tim dan individu yang di bagi dalam 2 klas, yakni klas Arjuna dan klas Srikandi.
"Untuk klas Arjuna dengan berat 1,5 kg, sedang klas Srikandi dengan berat, 2,5kg, 2,8kg, 3kg, 3,2kg, dan 3,4kg, serta 3,6kg. Masing-masing klas hanya kita ambil juara 1 dan 2," jelasnya.
Sementara Penasehat Papaji Pusat Heri Pudyatmoko mengatakan kompetisi ini diikuti oleh Papaji dari sejumlah kota di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jogjakarta.
"Setiap pagelaran memang sengaja kita siapkan hadiah yang besar agar menarik pecinta ayam menyalurkan hobinya di jalur yang benar. Dalam kejuaraan ini total hadiahnya Rp 196 juta," ujarnya.
Dia menyatakan dalam setiap penyelenggaran Papaji juga selalu menyiapkan sistem yang memenuhi standart operasional prosedur (SOP) kejuaraan tarung. Dimana dalam setiap kejuaraan, pihaknya menyiapkan dokter hewan, dan mengatur pertandingan yang ditentukan oleh wasit bersertifikat.
"Dalam pertandingan, yang menentukan menang kalah adalah wasit," tegas Heri.
Dia menambahkan, bahwa Papaji selain menambah saudara sesama pencinta ayam jago aduan juga mengusung misi untuk memajukan perekonomian masyarakat.
’’Anggota komunitas pencinta ayam jago petarung ini, banyak dari mereka yang berlatar pekerjaan perajin sangkar, kandang ayam, atau tas ayam, sampai ke pakan ayam," pungkasnya. (Kb.M1)
Tidak ada komentar: