MUNGKID, KABARMAGELANG.com__Mantan
Menteri dalam negri H Mardiyanto beberkan sejarah berdirinya Kota Mungkid. Hal
tersebut disampaikan H Mardiyanto pada malam tirakatan dalam rangka
memperingati HUT Kota Mungkid ke 33 di pendopo Rumah Dinas Bupati Magelang
Senin (20/3) malam.
Mantan Gubernur Jawa Tengah ini mengatakan, pada
tahun 1970-1980 Kota Mungkid dikembangkan bersama Kabupaten
Semarang/Ungaran, Kabupaten Tegal/Slawi, Kabupaten Pekalongan /Kajen, Kabupaten Magelang/Mungkid yang dibangun dengan
tujuan untuk meningkatkan pelayanan publik.
“Pemilihan
kota Mungkid sebagai ibu Kabupaten Magelang didasarkan atas beberapa pertimbangan
diantaranya, relatif aman dari erupsi Gunung
Merapi yang rata-rata mengalami peristiwanya sekitar 4 (empat) tahunan, lokasinya dekat dengan Candi Borobudur sebagai
ruang tamu bangsa Indonesia, dengan kunjungan wisatawan diperkirakan 3,5- 4
juta orang/tahun, dan relatif sentral
bagi wilayah Kabupaten Magelang, serta
relatif mudah mencari lahan untuk pengembangan kota utamanya dari sisi
penyediaan lahan,” ungkapnya.
Dia
menegaskan bahwa untuk mewujutkan hal tersebut
diatas, aparat harus berperilaku sebagai
pamong (pengasuh), artinya biso ngomong (dapat berkomunikasi), biso ngemong
(dapat mengasuh) dan wani diomong-omong (berani menanggung resiko sebagai bahan
pembicaraan). Disisi lain, masyarakat Kabupaten Magelang dituntut mempunyai
etos kerja dan dedikasi yang tinggi, Peka dan sadar diri sebagai generasi
penerus.
“Warga
Kota Mungkid tidak akan pernah dapat menjadi tuan atas sejarah Kota Mungkid
sendiri, tetapi warga Kota Mungkid dapat dan harus menemukan cara untuk
mengendalikan kehidupan yang tengah lepas kendali, “ ujar Mardiyanto.
Dengan
demikian lanjut Mardiyanto, semangat gotong royong atau kebiasaan saling
tolong menolong perlu digali kembali dengan cara memanfaatkan kearifan
lokal (seni dan budaya) artinya, harus memperhatikan kebutuhan dan kepentingan
masyarakat yang didasarkan pada sumberdaya manusia dan sumberdaya alam.
Senantiasa
melakukan pendekatan partisipatoris yakni melibatkan seluruh elemen masyarakat
dalam membangun kemajuan daerah Kabupaten Magelang.
“Inilah Sejarah
Kota Mungkid yang harus dipahami bersama. Otonomi daerah secara filosofis
dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, akan tetapi
realitasnya justru otonomi daerah menjadi arena perebutan kekuasaan,” katanya.
Bupati
Magelang Zaenal Arifin SIP, mengatakan momen peringatan seperti ini merupakan
saat yang tepat bagi kita untuk melihat sejenak ke belakang, mengevaluasi
kembali kinerja kita selama setahun yang lalu, sekaligus meningkatkan
sinergitas dan kekompakan kerja kita ke depan.
Dengan
tema ”Kita Jalin Persatuan dan Kesatuan Masyarakat Melalui Seni dan
Budaya Menuju Magelang Gemilang”, mengandung arti bahwa kekayaan seni dan
budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Magelang akan digunakan untuk memperkokoh
jalinan persatuan dan kesatuan yang selama ini telah terbina dengan baik.
“Dengan
demikian, cita-cita Kabupaten Magelang menjadi daerah yang gemah ripah (makmur
dan sejahtera) disertai tingkat keimanan yang cemerlang akan segera terwujud,”
tandasnya.(zis)
Tidak ada komentar: