MUNGKID, KABARMAGELANG.com__37 anggota
Paguyuban Orang Tua Penderita Thalasemi Indonesia (POPTI) Cabang Magelang datangi
DPRD Senin (20/3). Mereka mengeluhkan Pemerintah Kabupaten Magelang yang kurang memberikan perhatian bagi warga
penderita penyakit Thalassemia. Merka juga menilai Pemkab Magelang saling lempar tanggung jawab dari satu dinas
ke dinas lain setiap kali penderita hendak meminta informasi.
"Selama
ini kami kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Setiap kali ingin
mendapatkan informasi, selalu 'dipingpong'. Datang ke satu dinas, diminta ke
dinas yang lain. Demikian seterusnya," ujar Ketua Paguyuban Orang Tua
Penderita Thalasemi Indonesia (POPTI) Cabang Magelang, Lilis Herawati di
sela-sela audiensi bersama dengan DPRD Kabupaten Magelang
Dia
mengaku, sudah tidak tahu lagi hendak mengadu kemana lagi kalau tidak mengadu ke DPRD Kabupaten Magelang. Kedatangan mereka diterima
Ketua dan Pimpinan DPRD, Kepala Cabang BPJS Kedu, perwakilan Dinas Kesehatan
dan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Sosial dan Pengendalian Penduduk BP2SP2.
Menurut
Lilis, maksud dan tujuan mereka hanya untuk mendapatkan informasi. Sehingga,
mereka berharap agar DPRD bisa memfasilitasi mereka.
"Paling
tidak, bapak- bapak DPRD ini bisa memfasilitasi mempertemukan kami dengan
beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) terkait," ujanya.
Dia
menyebutkan, selama ini banyak anggota POPTI yang belum masuk dalam daftar
penerima BPJS. Kalau pun masuk, ada yang masih ikut dalam BPJS mandiri.
Padahal, mereka berasal dari ekonomi kelas bawah. Sementara hampir sebulan
sekali, mereka harus transfusi darah.
"Kami
hanya minta pemkab untuk memasukkan mereka dalam Jamkesda. Kalau pun tidak
boleh, kami minta penjelasan atau solusi lain," kata Lilis
Menanggapi
keluhan POPTI, Ketua DPRD Kabupaten Magelang, Saryan Adi Yanto SE, meminta
pemerintah daerah melalui Dinkes dan Badan Pemberdayaan Perempuan, Sosial dan
Pengendalian Penduduk, untuk memperhatikan keluhan mereka.
"Teman-teman
di POPTI ini kan juga termasuk penyakit yang diprioritaskan seperti halnya
gagal ginjal, jantung, kanker dan sebagainya. Tentunya tidak sulit untuk
memasukkan mereka," tegasnya.
Dia
menyampaikan jika APBD 2016 kemarin, ada tambahan kuota 10.000 untuk warga yang
belum masuk BPJS, dimasukkan dalam
Jamkesda. Pihaknya minta 37 anggota POPTI yang belum masuk itu untuk ikut
dimasukkan dalam Jamkesda tersebut. Pihaknya juga minta Badan Pemberdayaan
Perempuan, Sosial dan Pengendalian Penduduk (BP2SP2) untuk juga memperhatikan
orang tua dan penderita dari sisi ekonominya.
"Kasihan
mereka, banyak yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Kami juga minta BP2SP2
untuk memberikan pendampingan dari sisi ekonomi. Mungkin pemberian modal atau
ketrampilan kerja," tegas Saryan.
Setelah
berdiskusi, akhirnya Dinas Kesehatan memutuskan akan memasukkan mereka dalam
Jamkesda. BP2SP2 juga akan memberikan pendampingan kepada anggota POPTI
tersebut. Sementara BPJS juga akan menanggung semua biayanya sebatas
persyaratannya dipenuhi. (zis)
Tidak ada komentar: