MUNGKID, KABARMAGELANG.com__Puluhan penyandang tuna rungu
dan tuna wicara yang tergabung dalam Magelang Deaf Community (MDC) lakukan aksi
teatrikal di lapangan drh. Soepardi Kota Mungkid Minggu, (25/9). Dalam aksi
yang didahului dengan long march di jalan Soekarno-Hatta tepatnya dari halaman
masjid Annur tersebut sempat mendapat perhatian dari pengunjung Car Free Day.
Mereka menyerukan kepada pemerintah untuk mendukung hak dan keberadaan mereka
setara dengan yang lain.
Ketua MDC Kabupaten Magelang R
Alit Wijaya Kusuma, mengatakan tujan dari aksi ini selain dalam rangka memperingati
hari tuli internasional (29/9), juga untuk memberitahukan kepada anak-anak dan
orang tua, bahwa bahasa isarat yang mereka
gunakan adalah setara dengan bahasa
lisan.
“Kami ingin tunjukkan dengan
bahasa ini, kami bisa mengungkapkan isi hati. Kami ingin memberitahu kepada
pemerintah, Kepolisian, kedokteran dan Rumah
Sakit, jika tidak paham dengan bahasa kami, undanglah juru bahasa isarat,”
katanya di sela-sela kegiatan aksinya.
Dia mengaskan kepada orang tua yang
memiliki anak penderita tuna rungu dan tuli, untuk tidak mengurung mereka di dalam rumah.
“Ajak anak gabung di komunitas,
beri pendidikan yang setara. Kalau orang tua kesulitan berkomunikasi, undanglah
tenaga pengajar yang sekarang sudah banyak bermunculan, dan itulah pentingnya
juru bahasa isarat,” jelas Alit.
Alit menambahkan bahwa anak-anak
penyandang tuna rungu dan tuli juga memiliki hak mendapatkan pekerjaan serta
pendidikan yang setara. Kepada pemerintah mereka berharap bisa mendukung serta
mengakui komintas yang menaungi keberadaan mereka.
“MDC sudah berdiri sejak tahun
2013 teteapi sama sekali belum ada suport dari pemerintah. Sementara kami lihat
komunitas-komunitas luar daerah sudah banyak yang di suport, tetapi di Magelang
sendiri yang belum,” pungkas Alit.(zis)
Tidak ada komentar: