BOROBUDUR,
KABARMAGELANG.com__PT. Taman Wisata Candi Borobudur mulai kembangkan
obyek wisata di Desa sekitar kawasan Candi. Salah satunya adalah Kampung Bambu Klathakan
di Dusun Bojong, Desa Wringinputih, Kecamatan Borobudur. Pasalnya kampung
yang berjarak sekitar lima kilometer dari Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB)
itu menawarkan kesejukan hutan bambu yang masih alami.
Sekretaris
Perusahaan PT. TWCB, Pujo Suwarno, mengemukakan bahwa Kampung Bambu Klatakan
merupakan salah satu objek wisata di luar Candi Borobudur yang berbasis alam,
edukasi sekaligus konservasi pohon bambu.
"Jadi
wisatawan tidak sekadar berwisata akan tetapi juga belajar banyak hal tentang
alam, seni, budaya, serta konservasi bambu," katanya saat menghadiri peresmian
wisata kampung bambu Klathaan, Minggu (4/9).
Dia menyebutkan,
ada lebih dari 10 jenis bambu yang ada di Kampung Bambu Klatakan ini. Hutan
bambu yang belakangan semakin tergusur dengan pemukiman ini merupakan daerah
resapan air yang baik.
“Kita coba
melestarikan sekaligus memanfaatkan keindahanya sebagai obyek wisata alternatif
di Borobudur,” jelas Pujdo.
Kepala
Desa Wringinputih, Suprih Prasetyo, mengatakan bahwa Kampung Bambu Klatakan ini
merupakan salah satu destinasi wisata baru yang diinisiasi oleh warga. Lokasi
ini sengaja memanfaatkan lahan hutan bambu milik warga yang sebelumnya
biasa-biasa saja.
"Sebelumnya
hanya hutan bambu biasa saja, warga hanya menebang bambu di sini untuk
keperluan bangun rumah, pagar, atau lainnya. Namun setelah diperbaiki, dan di
tata, serta bersihkan, ternyata bisa
menjadi tempat yang menarik
wisatawan," ujarnya.
Dia
menyebutkan bahwa di kampung bambu ini
wisatawan juga bisa menikmati sunset, menyaksikan tempuran (pertemuan) tiga
sungai Tangsi, Progo, dan Gending, ada rumah pohon serta hamparan lahan bisa di
gunakan untuk motor, maupun mobil offroad.
"Sebenarnya
wisatwan sudah lama kenal keindahan di sini. Warga juga bersemangat membangun
objek wisata ini. Kami berharap ke depan bisa meningkatkan perekonomian warga," tambah Suprih.
Akses
menuju kampung bambu ini tidaklah sulit. Pengunjung bisa menggunakan mobil,
sepeda motor, atau bisa juga dengan delman. Hutan bambu seluas 20 hektar yang
rimbun dan sejuk kini sudah ditata sedemikian rupa oleh warga sehingga terlihat
bersih namun tetap terjaga keasliannya. Kursi-kursi bambu di beberapa sudut
tersedia untuk beristirahat wisatawan. Di beberapa sudut terlihat segerombol
anak muda yang asyik swa foto (selfie) dengan latar rerimbunan pohon bambu nan
hijau.
Suasana
semakin hangat dengan adanya para penjaja makanan tradisional yang khas bahkan
makanan yang tidak ditemukan di tempat lain. Sebut saja nasi jagung kluban
(urap sayur), bubur sayur, jenang, lemper, singkong bumbu ingkung hingga minuman
badeg (nira kelapa).(zis)
Tidak ada komentar: