MUNGKID,
KABARMAGELANG.com__Munculnya
fenomena pembangunan apartemen atau rusunawa di perkotaan karena disebabkan lajunya pertumbuhan kebutuhan rumah dengan
ketersediaan lahan tidak seimbang. Bagi sebagian kelompok masyarakat yang
menginginkan tinggal di kawasan kota, apartemen atau rusunawa bukan lagi menjadi alternatif sebagai tempat
tinggal tetapi menjadi suatu keharusan. Namun disisi lain ada sebuah pertanyaan
bisakah para penghuni apartemen atau rusunawa menghilangakan alasan hanya karena
gaya hidup, atau agar privasi lebih terjamin, dan lebih mengesampingkan social budaya
yang ada.
Salah satu sosiolog dari Universitas
Muhammadyah Magelang (UMM) Kanthi Pamungkas
Sari, menilai, kehidupan di
apartemen atau rusunawa memiliki
karakter yang berbeda dengan kehidupan di pemukiman biasa. Budaya tegur sapa,
ramah tamah, sikap peduli kepada sesama penghuni, kontrol sosial menjadi
fenomena yang langka ditemui.
"Rata-rata mereka yang kelompok menengah
ke atas memiliki mobilitas tinggi, sehingga sikap individual sangat
terasa. Lingkungan sosial seperti ini tentu akan mempengaruh perilaku
anggota masyarakatnya, “ungkapnya.
Dia memaparkan sebagai makhluk
sosial, kehidupan membutuhkan orang lain, membutuhkan berinteraksi dengan orang
lain dimanapun ia berada. Jika hal itu diabaikan, maka akan menimbulkan dampak
pada perilaku manusia yang kurang memiliki kepekaan sosial.
“Jika dibiarkan terus kehidupan di
aparteman atau rusunawa seperti ini, cepat atau lambat akan menimbulkan
masalah-masalah sosial yang lebih makro, “jelas Kanti
Kenyamanan fisik belum tentu
identik dengan kenyamanan sosial. Oleh karena itu kenyamanan fisik
yang diberikan sebaiknya dapat memberikan lingkungan kenyamanan sosial
pula bagi penghuninya. Disinilan peran yang harus benar-benar harus bisa memberikan
ruang khusus yang digunakan untuk berinteraksi menjalin kebersamaan diantara
penghuni apartemen.
“Budaya silaturahmi selalu dikembangkan.
Seperti memberikan fasilitas olah raga atau taman bermain dimana bapak-bapak
atau ibu-ibu yang memiliki hobi sama. Sehingga bisa sering bertemu dan ngobrol satu
sama lain, “ujar Kanti.
Tokoh Masyarakat yang bedekatan dengan
bangunan Rusunawa Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Magelang, Ahmad
Madjidun, menegaskan bahwa apartemen atau rusunawa merupakan perkampungan
modern, yang penghuninya dari berbagai kalangan dan memiliki beragam perbedaan.
“Saya yakin nanti setelah rusunawa ini sudah
di buka, pasti banyak yang akan menempati, Disamping lebih nyaman saya kira
harga sewanya tidak lebih mahal daripada kontrak rumah atau kost, “katanya.
Saya berharap penghuni rusunawa
nantinnya bisa saling berinteraksi dengan sesama penghuni maupun sekitar
lingkungan rusunawa. Hal lain yang harus dipahami bersama bahwa rusunawa itu
merupakan kampung buatan, damana memerlukan perawatan.
“Itu tugas penghuni untuk ikut merawat.
Seperti kerja bakti yang biasa dilakukan warga untuk merawat desanya sendiri, “harap
Madjidun.
Sementara salah satu calon penghuni rusunawa
Gununungpring, Muntilan, Agus Harjono pedagang kelontong di pasar Muntilan asal
Boyolali, yang selama ini hidup di kost, mengaku tertarik untuk tinggal di
rusunawa.
“Kalau dihitung-hitung lebih murah di
rusunawa, selain itu juga bisa untuk tinggal bersama keluarga, apalagi anak
saya tahun ini akan sekolah di sini, “ujarnya.
Dan hal inilah
yang coba dijawab oleh CairnHill Nine. Sebuah Apartemen berbasis di Singapura
yang mengusung filosofi Building People Building Community. Sebagai hunian
vertikal, CairnHill Nine bukan sebatas hunian bertingkat tinggi, namun kehidupan penghuni yang berasal dari berbagai
latar akan lebih dipedulikan, sehingga
tercipta keharmonisan tanpa mengabaikan sosial budaya dalam kehidupan. (zis)
Tidak ada komentar: