BOROBUDUR,
KABARMAGELANG.com__Puluhan
orang tua dan anak-anak Sukolilo, Kendeng, Kabupaten Pati, melakukan aksi tolak
pabrik semen di Candi Borobudur, Kamis, (26/5). Aksi sambil wisata ini sempat
di hentikan oleh petugas dan satpam dari Taman Wisata Candi Borobudur karena
tak memiliki ijin.
Dengan mengenakan pakaian serba hitam serat mengenakan caping bambu
bertuliskan puluhan orang yang terdiri dari orang tua dan anak-anak ini
sedianya akan menyampaikan aspirasinya di Monumen Candi Borobudur. Meski sempat
lolos dari loket masuk, namun sampai di jalan masuk Candi tepatnya sebelah
Taman Lumbini rombongan dihentikan oleh petugas dan satpam TWCB pasalnya tidak
memiliki ijin.
Akhirnya setelah diberikan pengertian mereka bersedia melepas dan
menitipkan caping mereka kepada petugas dan akan diberikan lagi setelah turun
dari Monumen Candi. Setelah minta maaf atas ketidak tahuannya, mereka akhirnya
diberikan ijin hanya berfoto di jalan pintu
masuk sebelum rombongan naik ke Candi.
Ketua rombongan Sugiarti, mengatakan sengaja datang ke Candi
Borobudur bersama anak-anak bertujuan ingin menjelaskan kepada mereka bahwa
peninggalan nenek moyang yakni berupa Candi Borobudur di bangun tidak
menggunakan perekat apa-apa.
“Kami ingin tunjukan khususnya kepada anak-anak dan masyarakat
agar lebih paham bahwa Candi Borobudur
yang berdiri kokoh ini saja, di bangun dengan tidak menggunakan semen, “tuturnya.
Dia menegaskan bahwa pembangunan pabrik semen yang didirikan PT.Indocement di Kecamatan Kayen dan
Tambakromo, Kabupaten Pati sudah mengacam kehidupan terutama sumber mata air dan
pangan.
“Sumber mata air akan hilang padahal di sekitar pabrik termasuk
padat penduduk. Sedang peruntukan sebenarnya disana untuk pertanian dan
pariwisata. Bagi kami lebih baik rawan semen dari pada rawan pangan, lebih baik
rawan semen dari pada rawan air, “jelas Sugiharti.
Selain itu lajutnya, efek yang sangat terasa sekali adalah dampak
sosial budaya, disana sudah terjadi.
“Antar teman sudah ada yang mulai musuhan, karena ada yang setuju
dan tidak, bahkan sampai sekarang masih sering terjadi, “ungkap Sugiharti.
Sugiarti menambahkan bahwa sehabis dari Candi Borobudur ini akan menyuarakan
aspirasinya di Kebun Binatang Gembiraloka, karena dulunya mereka hidup di
pegunungan Kendeng yang banyak dengan hewan dan binatang.
“Sekarang hewanya habis dan sudah pindah di Gembiraloka, karena
disana sudah menjadi pabrik Semen, “ujarnya.
Sementara dari pihak Balai Konservasi Borobudur Mura, menilai bahwa
sebagai warga Negara mereka juga memiliki hak yang sama. Pihaknya tetap
memfasilitasi melalui cara yang santun dengan norma sehingga tidak ada
singgungan.
“Hanya ketidak sengajaan dan ketidak tahuan saja mereka sebenarnya
harus ijin. Apalagi mereka berkunjung ke salah satu warisan budaya pariwisata
Indonesia yang menjadi Icon dunia, “tegasnya. (zis)
Tidak ada komentar: