BOROBUDUR,
KABARMAGELANG.com__Konferensi
Buddha Internasional pertama digelar di komplek Taman Wisata Candi Borobudur, Kamis
(19/5). Konferensi ini bertujuan selain sebagai langkah nyata pelestarian Candi Borobudur, juga untuk menarik kunjungan wisatawan mancanegara.
Direktur Jenderal (Dirjen) Agama
Buddha, Kementarian Agama, Dasikin, menjelaskan bahwa Candi Borobudur
sebelumnya bukan tempat rekreasi, melainkan
untuk ibadah umat Buddha. Namun
seiring berjalannya waktu, monument sacral ini menjadi destinasi yang banyak dikunjungi
wisatawan, yang kebanyakan belum menyadari jika Candi Borobudur adalah tempat
ibadah suci,.
"Banyak wisatawan, bahkan sebagian umat Buddha sampai memanjat naik
dinding mandala suci. Dengan seminar ini
kita berharap menjadi langkah nyata pelestarian Candi Borobudur,"ungkapnya
di sela – sela kegiatan konferensi
Dasikin mengaku prihatin ketika melihat iklan, yang memberlihatkan aksi di atas Candi yang tidak mencerminkan penghormatan kepada
warisan budaya dunia ini. Bahkan Iklan tersebut sempat menyebar melalui dunia medsos.
"Candi Borobudur ini menjadi milik
bersama, dan menjadi sumber kajian limu, budaya dan sebagainya. Melalui
seminar ini, mari kita membangkitkan lagi cakrawala religius Candi Borobudur,"
ujar Dasikin.
Direktur Utama PT. Taman Wisata Candi
Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (PT.TWC) Edi Setijono, menuturkan event
Konferensi Buddha Internasional yang hampir bersamaan dengan perayaan Tri Suci
Waisak 2560 BE/2016 ini merupakan momentum untuk pencerahan seluruh umat.
"Candi Borobudur sekarang menjadi
living monument, banyak menciptakan inspirasi bagi seluruh masyarakat, baik
dari segi keilmuan untuk melahirkan karya baru yang nantinya akan menuai
kebesaran, “ucapnya
Edi menyebutkan Konferensi Buddha
Internasional yang mengangkat tema "Borobudur
The Mandala of Enlightment and World Peace" ini merupakan konferensi
yang pertama kali digelar. Ratusan umat
Buddha dan masyarakat umum serta diikuti tujuh negara di Asia Tenggara. Ketujuh negara
itu antara lain Thailand, Malaysia, Singapura, Laos, Kamboja, Vietnam dan
Myanmar, dengan menghadirkan sejumlah pakar untuk menjadi pembicara.
“Mereka adalah Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera, Kepala
Vihara Mendut di Magelang, Bhiksu Bhadraruci Mahathera Sthavira, General
Secretary of The Great Conference of Indonesia Sangha and Abbot of Indonesia
Ganden Syeydrup Nampar Gyelweiling Monastry, dan Prof Dr Noerhadi Magetsari,
pengajar arkeologi Universitas Indonesia, “paparnya.
Sementara guest speaker konferensi ini
adalah Geshe Tenzin Zopa, a Nepalese Tibetan Buddhist dan keynote speaker Debut
Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata I
Gde Pitana, yang hadir menggantikan Menteri Pariwisata Arief Yahya
I Gde Pitana,menilai ada tiga hal yang penting dalam dunia
pariwisata, yakni perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Dia berharap
konferensi ini merupakan pemanfaatan yang baik untuk pelestarian warisan
budaya, mensejahterakan masyarakat, sekaligus menarik wisatawan mancanegara.
"Candi Borobudur semakin
dilestarikan, semakin mensejahterakan masyarakat, ”pungkas I Gede. (zis)
Tidak ada komentar: