CANDIMULYO, KABARMAGELANG.com__Enam warga Dusun Klumrit, Desa
Surojoyo, Kecamatan Candimulyo, Magelang, menghilang diduga bergabung dengan Gerakan
Fajar Nusantara (Gafatar). Lima orang merupakan satu keluarga dari pasangan
suami istri Komari (52) dan Siswati (49) serta tiga anaknya dan seorang kakak
dari Siswati. Sementara Adi Kurniawan
(27) warga Perumahan Lembah Asri, Desa mantenan, Kecamatan Mertoyudan, juga
dilaporkan pergi dari rumah dan bergabung dengan Gafatar oleh orang tuanya.
“Informasinya
mereka pergi ke Kalimantan. Namun apakah mereka ikut Gafatar atau tidak, kami belum
bisa memastikan. Hanya kabar yang beredar dimasyarakat, sebelum meninggalkan
rumah, pak Komari dan Agung anaknya itu, sering membicarakan soal Gafatar
kepada warga sekitar, ”kata Kepala Dusun Klumrit, Gumun Rabu (13/1).
Komari sendiri
adalah mantan Kepala Desa Surojoyo. Sedang istrinya, sebagai bidan di Puskesmas
Candimulyo. Keduanya pergi dari rumah sejak tanggal 1 Januari 2016 pukul 05.30.
Sementara tiga anaknya terdiri dari Agung Suliadi (27), Dwi Cahyo Romadhon (25)
dan Ari Kusumawati (23) serta Tri Setiyani (52) kakak dari Siswati,
meninggalkan rumah sejak tanggal 24 Desember 2015, diduga mereka yang lebih dahulu
bergabung dengan Gafatar dan akan mendirikan Negara Karunia Tuhan
Semesta Alam (NKSA) di salah satu daerah di Pulau Kalimantan.
Sementara Adi Kurniawan (27) juga dilaporkan ayahnya Muh Sabari, karena pergi
dari rumah sejak Oktober 2015. Saat berpamitan kepadanya, ia akan bekerja ke
Jakarta. Namun sejak pertengahan November 2015, ia sudah tidak bisa dihubungi.
Keluarga menduga, Adi bergabung dengan Gafatar. Hal itu diketahui dari secarik
kertas dan buletin yang berisi tentang Gafatar yang ditemukan dikamarnya.
“Anak saya
tidak bisa dihubungi setelah berpamitan bekerja ke Jakarta. Diduga ia ikut
organisasi Gafatar,” katanya.
Sabari
menambahkan jika anaknya tersebut sudah lulus kuliah dengan IPK 3,8. Dia mulai curiga pada 2013 lalu (saat Adi
masih kuliah), Adi yang biasanya enggan
keluar malam sering berpamitan untuk rapat setiap malam Minggu. Bahkan dia
pernah mengajak ibunya untuk bergabung dengan Gafatar, namun ibunya menolak.
“Setiap
pulang rapat dia sering membawa buletin
yang berisi kegiatan Gafatar. Namun
buletin tersebut sudah saya bakar, karena kami kecewa dengan tingkah lakunya yang berubah sejak mengenal Gafatar, ibunya
juga pernah di tawari untuk bergabung dengan Gafatar yang bermarkas di Sleman
DIY, namun ibunya menolak, ”ungkapnya.
“Kami terus berupaya menghubunginya. Kami akan menjemputnya
dimanapun ia berada, dan mengharapkan Adi pulang lagi ke rumah, untuk kembali ke jalan yang benar, ”harap ibu
kandung Adi, Ny Siti Sugiarti sedih.
Sementara Kepala
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Magelang, Karya
Humanika Ssos membenarkan tujuh orang tersebut meninggalkan rumah sejak akhir
2015 dan awal 2016 kemarin. Kuat dugaan mereka pergi ke Kalimantan dan tergabung
dalam organisasi terlarang ini. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan instansi
terkait, juga dengan Puskesmas
Candimulyo tempat Siswati bekerja.
“Dalam waktu
dekat kami akan menggelar rapat
koordinasi dengan instansi terkait dan sosialisasi ke masyarakat. Hal ini perlu segera
dilaksanakan untuk menjaga kondusivitas daerah,”tandasnya.
Dia juga
mengakui, bahwa sekitar pertengahan 2015 lalu Gafatar pernah mengajukan ijin untuk
audensi dengan Bupati Magelang. Namun permohonannya ia tolak.
"Saya tidak
merekomendasikannya, karena sudah mendapatkan informasi tentang gerakan Gafatar
tersebut. Saat itu, yang datang ke kantor salah satunya Agung, anak pak Komari
itu,"pungkas Karya.(zis)
Tidak ada komentar: