BOROBUDUR,
KABARMAGELANG.com__Tinggalkan
tradisi sedekah bumi di Bulan Sapar, seorang warga Dusun Ngaran, Desa Borobudur,
Kecamatan Borobudur, hilang tiga kali dan di temukan di pohon beringin.
Hal tersebut di ungkapkan oleh sesepuh Desa Borobudur Muhngaiman usai memipin
ritual ngirim sesaji sedekah bumi tradisi saparan di pohon beringin pintu Masuk
Komplek Taman Wisata Borobudur, baru-baru ini.
Raibnya Kepala Dusun Ngaran, Desa Borobudur, dari tidurnya,
tentu saja membuat geger seluruh warga
sekitar. Mereka ber ramai-ramai mencari di mana-mana tetapi tidak juga di
temukan. Berita tentang hilangnya Kepala
Dusun Ngaran ini dengan cepat menyebar ke seluruh Desa Borobudur. Dan betapa
kagetnya ketika beberapa warga yang mencarinya mendapati Kepala Dusun Ngaran
yang hilang tersebut berada di pohon beringin besar tepatnya di depan pintu masuk Candi Borobudur dengan
posisi masih tertidur. Warga meyakini Kepala Dusunya telah di culik penunggu
pohon beringin karena melupakan tradisi ngirim sesaji sedekah bumi.
“Di pohon ini
dulu sekitar Tahun 1970, Mbah Saru (orang biasa sebut) Kepala Dusun Ngaran tiga
kali di temukan, Dia hilang tengah malam dari kamarnya saat tidur,
“ungkap Muhngaimin usai membacakan doa sedekah bumi di depan sesaji jajan
pasar, serta tumpengan komplit dengan ayam ingkung (ayam kampung).
“Pada kejadian
yang ke tiga ada sedikit keanehan, saat di temukan Mbah Saru (orang biasa
sebut) semua bulu alisnya hilang seperti habis di cukur, menurut pengakuanya
diapun tidak tahu, mengapa tiba-tiba sudah berada di pohon ini. Kini dia
masih hidup namun sudah tua, “katanya.
Dengan kejadian
tersebut lanjutnya, masyarakat sini meyakini telah melupakan tradisi turun
temurun yang seharusnya tidak boleh ditinggalkan. “Sejak dilaksanakan lagi
tradisi saparan sedekah bumi ini, sampai sekarang tidak ada lagi kejadian
seperti yang dialami oleh Mbah Saru,, “terangnya.
Untuk pohon
beringin ini usianya sudah ratusan tahun, dulu berada di tengah pasar dan
pemukiman warga, sebelum pasar dan pemukiman di pindah untuk Taman Wisata,
“beber Muh.
Sementara
kepala Desa Borobudur Suherman, menambahkan bahwa tradisi saparan ini bertujuan
selain melestarikan budaya jawa, juga sebagai wujud rasa Syukur kepada Tuhan
atas keselamatan dan rizki yang telah di berikan kepada Masyarakat Borobudur.
“Semoga melalui
tradisi ini, masyarakat Borobudur yang kebanyakan menggantungkan
pengahsilan sebagai pedagang di Candi Borobudur selalu di beri keselamatan dan
rizki yang berkah, “tandasnya.
Ritual sedekah
bumi yang dilaksanakan dengan sederhana namun khidmat ini sempat menarik
perhatian para wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur. Acara di akhiri
dengan membagikan jajan pasar dan tumpengan komplit, kepada pada
para pengunjung yang kebetulan lewat, dan di tutup doa bersama di lanati satu
Candi Borobudur. (zis)
Tidak ada komentar: