MAGELANG, KABAR
MAGELANG.com- Lenggak-lenggok tubuh bagi Asih
Yuniati merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupanya. Ia mengaku gandrung dengan seni tari sejak kecil,
mulai mantap lagi saat ia menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia
(STSI) Surakarta jurusan tari.
“Kesenian tari harus kita lestarikan, budaya
lokal yang merupakan warisan lelulur mari kita uri-uri bersama sampai kapanpun, cinta tari harus kita tanamkan
sedini mungkin kepada generasi muda kita, karena ini juga bagian dari
nasiolisme atau cinta tanah air,” tutur Ayu-sapaan akrab- Asih Yuniati kepada KABAR MAGELANG.com
Guru SMA Negeri 3 Purworejo ini mengaku piawai
dengan berbagai macam tari, diantaranya; gambyong, bedoyo, bambangan cakil,
karonsih, jatilan, topeng ireng atau dayakan, dolalak yang merupakan tari khas
Purworejo. Juga tari-tari kreasi baru terkini.
“Saya juga sering tampil di berbagai even,
pernah pentas di anjungan Jawa Tengah Taman
Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta dan yang terbaru, Rabu (14/10) lalu, pentas
dalam ajang parade budaya bukit menore
h dalam rangka HUT Kabupaten Kulonprogo
Provinsi DIY,” aku perempuan cantik kelahiran Purworejo 14 juni 1972 lalu.
Pelatih tari di pusat latihan tari (PLT) Mardi
Susilo Pendopo Kabupaten Purworejo ini selalu menekankan kepada siswa-siswinya
dan masyarakat pada umumnya untuk tidak melupakan sastra jawa. “Saya meminta
kepada anak didik saya untuk bisa mahir sesorah (pidato bahasa jawa) dan
geguritan (membuat puisi jawa),” pungkas mahasiswa Magister Manajemen
Pendidikan Universitas Widya Wiwaha Yogyakarta ini. (az).
Tidak ada komentar: