Heni memaparkan hal itu dilatarbelakangi dengan angka kematian ibu di Indonesia yang masih tinggi di banding negara ASEAN lainnya.
Heni yang saat ini sedang menyelesaikan studi doktor di Universitas Indonesia itu memaparkan, salah satu penyebab kematian ibu adalah partus macet yang berhubungan dengan adanya kecemasan, stres dan nyeri. Beberapa daerah di Indonesia memiliki cara-cara tradisional untuk mengatasi nyeri saat bersalin. Kemampuan tersebut diinformasikan dan diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.
Untuk menghindari dampak tindakan mengatasi nyeri persalinan yang bisa membahayakan ibu maupun janin, maka dilakukan suatu kajian lebih lanjut tentang pengalaman ibu mengatasi nyeri persalinan yang dipengaruhi oleh budaya, nilai-nilai dan keyakinan masyarakat Jawa.
“Studi yang dilakukan di Jawa Tengah mengungkapkan bahwa para ibu bersalin telah melakukan berbagai upaya secara fisik, psiko-sosial dan spiritual untuk mengatasi nyeri persalinan seperti mengelus-elus perut, menahan rasa nyeri, berdo’a dan sabar,” jelas Heni.
Ia menambahkan, sang ibu juga melakukan cara yang berbeda untuk mengatasi nyeri seperti makan gula merah, tebu, minum minyak kelapa yang diletakkan di daun talas, menggosok-gosok tepi tempat tidur dan pintu kamar serta membuka semua pintu rumah yang diyakini apabila semua pintu terbuka maka pintu jalan lahir juga akan terbuka sehingga persalinan segera terjadi.
Konferensi international bertema “Evidence Informed Practice: An Approach to Healthcare Reform” merupakan forum yang terdiri dari seminar dan oral presentasi. Pembicara dalam seminar adalah pakar dalam bidang kesehatan dan keperawatan dari berbagai negara maju, termasuk Amerika.
Dalam kesempatan yang sama, Heni bersama tim juga mempresentasikan hasil penelitiannya tentang “Pembuatan Alat Pain Digital Acupressure (PDA) dan Pengaruhnya terhadap Nyeri serta Lama Persalinan”. Dengan dana hibah dari Dikti yang diperoleh oleh tim sebesar 230 juta, Heni dan tim berhasil membuat alat PDA untuk mengatasi nyeri persalinan dan mempercepat proses persalinan.
Heni mengungkapkan, setelah dilakukan penelitian terhadap 38 orang kelompok PDA dan 38 orang kelompok kontrol, disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penurunan skala nyeri sebelum dan setelah dilakukan tindakan pemasangan alat PDA pada 30 menit pertama, 30 menit kedua dan 30 menit ketiga. Penurunan skala nyeri paling tinggi ditemukan pada 30 menit pertama pemasangan alat atau pada awal fase aktif yaitu sebesar 1.79. Sedangkan pada akhir fase aktif penurunan skala nyerinya sebesar 1.13. “Alat PDA juga terbukti mempercepat persalinan khususnya kala dua yaitu rata-rata lama kala dua kelompok PDA adalah 14.36 menit, sedangkan kelompok non PDA adalah 22,50 menit, “ tandasnya. (tie)
Ket gambar :
Heni Setyowati, SKp, MKes, dosen Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UM Magelang, . mempresentasikan tentang pengalaman ibu dalam mengatasi nyeri selama persalinan, dalam Forum International Conference di Manipal University, Karnataka, India, beberapa waktu lalu.
Tidak ada komentar: