KABARMAGELANG.COM---Puluhan Warga Jurangombo Utara kecamatan Magelang Selatan Kota Magelang, menggeruduk kantor PDAM setempat, Senin (19/1). Warga dari beberapa RW seperti RW 1, 4,5,6, 7 dan 8 mengeluh lantaran sudah 3 bulan terakhir ini, aliran air dari PDAM tidak lancar. Mereka merasa kesal karena aduan yang sudah di layangkan ke PDAM tidak di respon secara cepat.
Mustofa (55) salah satu warga mengemukakan, sudah tiga bulan air dari PDAM tidak mengalir dengan lancar di rumah-rumah warga. Kalaupun mengalir hanya sebentar kemudian mati lagi.Padahal warga sangat membutuhkan air untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Mengalir hanya 10 menit, kemudian mati lagi. Hidup lagi mati lagi. Air yang diperoleh paling hanya 2-3 ember. Kondisi ini sudah berlangsung selama tiga bulan bahkan ada yang 5 bulan," katanya.
Warga sangat kesulitan mendapatkan air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan, warga terpaksa minta ke warga lain yang menggunakan sumur atau minta ke warga lain RT yang airnya lancar. "Kalau minta terus lama-lama kan malu," katanya.
Selain itu warga juga beli air dari sumur yang berada di asrama polisi (aspol) tiap bulannya 10 ribu."Untung ada aspol, tapi itupun kan terbatas," ujarnya.
Mustofa mengatakan, warga terpaksa menggeruduk PDAM untuk protes atas layanan PDAM yang tidak maksimal. PDAM tidak memiliki tanggungjawab atas ketidaklancaran alir air, padahal warga tertib membayar rekening setiap bulannya. "Kalau kami telat bayar pasti di denda, tapi pelayanan kok mengecewakan," tandasnya.
Dampak lain juga dirasakan Masjid Baiturahman di kampung Jagoan 1. Untuk memenuhi air wudhu, takmir masjid terpaksa membeli air dari PDAM. Satu minggu membeli satu tanki dengan harga berkisar antara Rp60 ribu sampai Rp85 ribu. "Ii aneh, langganan dari PDAM tapi beli air juga dari PDAM dengan tanki," kata Yani, salah satu takmir masjid.
Biasanya, takmir mengeluarkan untuk rekening air hanya Rp10 ribu/bulan. Tapi sudah 3 bulan terakhir pengeluaran menjadi berlipat-lipat karena airnya harus beli. Dampak lainnya, banyak jamaah dari luar kota yang hendak sholat terpaksa 'balik kanan' lantaran sering tidak mendapatkan air wudhu.
Joko Mei Budi Utomo (55) warga lainnya mengatakan, ada kejanggalan dalam kemacetan aliran air PDAM. Sbab pihaknya menemukan kondisi penampungan air di gunung Tidar selalu terisi penuh. "Anehnya, air di penampungan Tidar tidak mengalir sampai di kampungnya , padahal penampungan air itu untuk mengairi kampung kami,"ungkapnya.
Mimok, panggilan akrabnya, menduga karyawan PDAM tidak profesional lantaran tidak bisa membaca pipa yang seharusnya bisa mengalir ke rumah-rumah warga dengan lancar.
Dirut PDAM, Heri Wibowo yang menemui warga menjelaskan, ada beberapa kendala teknis di lapangan, seperti pipa pecah dan debit air berkurang akibat dampat dari musim kemarau yang panjang beberapa waktu lalu. Alasan lain yang dimeukakan adalah karena alat MCB yang rusak.
"Kami sudah berupaya maksimal dengan menambah debit air melalui sumber-sumber yang ada seperti di Kali Mas, Bandongan dan Canguk, termasuk mengalirkan air jika penampungan air di gunung Tidar penuh dengan sistem buka tutup," katanya.
Dalam kesempatan itu, warga mendesak Dirut PDAM untuk menandatangai surat pernyataan yang isinya dalam tempo tiga hari kedepan, air akan mengalir lancar ke rumah-rumah warga. (watie)
ket gambar :
Warga Jurangombo Kecamatan Magelang Selatan menggeruduk PDAM Kota Magelang, Senin (19/1). Warga kesal lantaran aduan tentang aliran air yang sering macet tidak di respon secara cepat oleh PDAM. (foto: ch kurniawati)
Tidak ada komentar: