KABARMAGELANG.COM---Pedagang pasar Kerajinan dan Makanan Borobudur yang menjadi korban kebakaran, menolak untuk di relokasi oleh pihak Taman Wisata candi Borobudur, Rabu (24/12). Mereka hanya sebentar menempati, namun setelahnya kembali lagi ke pasar penampungan sementara.
"Ia tadi sempat pindah ke tempat relokasi tapi cuma sebentar setelah itu pindah lagi di penampungan sementara," ujar seorang pedagang kerajinan yang enggan di sebut namanya.
Pedagang itu berasalan, karena saat ini musim libur Natal dan Tahun baru, sehingga pedagang minta waktu untuk pindah ke lokasi yang baru setelah liburan usai. "Kalau nanti pengunjung sudah tidak ramai, kami mau dipindah," katanya.
Namun pedagang lain yang mengaku bernama Slamet mengatakan, persoalan yang sebenarnya bukan masalah saat ini musim libur Natal dan tahun baru. Namun karena belum ada kesepakatan antara pedagang korban kebakaran, pedagang zona I dan pihak TWCB sendiri.
"Masih ada persoalan-persoalan yang belum bisa di sepakati, karenanya kami belum mau menempati relokasi" ujar Slamet.
Ia menyebut beberapa persoalan yang muncul terkait dengan rencana relokasi, diantaranya persoalan penempatan antara pedagang korban kebakaran dengan pedagang yang selama ini menempati zona I. Dua kubu pedagang ini sama-sama ingin menempati tempat di depan. "Padahal seharusnya yang diutamakan adalah pedagang korban kebakaran," kata Slamet.
Sedangkan pihak TWCB tidak mau tegas mengatasi masalah ini. Semuanya di serahkan kepada pedagang. "Untuk hal seperti ini, butuh campur tangan TWCB yang punya kewenangan tempat. Jadi jangan diserahkan kepada pedagang karena tidak mungkin akan selesai. Semua pedagang punya kepentingan masing-masing," imbuhnya.
Menurut Slamet, bila penempatan pedagang dilakukan bersebelahan kanan dan kiri, itu sudah pas.Namun kalau penempatan depan belakang, semua pedagang rebutan ingin depan semua.
Persoalan lain, relokasi yang berada di dekat museum Kapal ini tidak memadai karena tidak bisa memuat seluruh pedagang korban kebakaran dan pedagang zona I. Padahal kemauan dari pihak TWCB, pedagang korban kebakaran dan pedagang zona I akan dijadikan satu di tempat relokasi.
Jumlah pedagang korban kebakaran jumlahnya mencapai 960 orang dan pedagang zona I sebanyak 605 orang. Sementara dari hitungan pedagang, relokasi hanya mampu menampung 880 pedagang dengan asumsi satu los berukuran 2 x 2 m.
Slamet juga menilai, relokasi pedagang juga kurang layak untuk berjualan karena terlalu sempit. Apabila pengunjung penuh pasti berdesak-desakan. Belum lagi bila hujan turun, sudah pasti air hujan akan masuk dan membasahi dagangan.
Untuk mengatasi masalah ini, Slamet minta agar pihak TWCB mau lebih tegas lagi sehingga permasalahan akan cepat selesai. Bila perlu dibuatkan relokasi yang lebih luas sehingga semua pedagang baik pedagang korban kebakaran maupun pedagang zona I bisa tertampung.
Kepala Divisi Administrasi dan Keuangan Unit TWCB Aryono Hendro Maliyanto membenarkan bila masalah relokasi belum selesai. Permasalahannya ada pada jumlah pedagang yang simpang siur. "Jumlah pedagang yang disodorkan pengurus masih simpang siur," katanya.
Dia mengatakan, dinamika di Borobudur memang sangat tinggi. Bila musim ramai jumlah pedagang pasti banyak. Namun bila sepi, jumlah pedagang akan menyusut. "Jadi yang belum fiks adalah jumlah pedagang," katanya.
Keterbatasan lahan relokasi juga menjadi permasalahan. Relokasi pedagang kebakaran berada di sebelah timur museum Borobudur dan sebelah barat museum kapal. Untuk setiap pedagang diberi tempat yang berbeda tergantung komoditinya, antara 1 hingga 1,5 meter.
Namun demikian, imbuh Aryono, pihak TWCB menginginkan agar permasalah relokasi pedagang di Borobudur ini segera terselesaikan dengan baik.
Seperti diketahui, beberapawaktu lalu, pasar sentra kerajinan dan Makanan Borobudur di komplek Taman Wisata candi Borobudur Kabupaten Magelang musnah terbakar. Kebakaran menghanguskan sekitar 90 persen dari 963 kios. (watie)
Suasana relokasi pedagang korban kebakaran pasar sentra kerajinan dan makanan Borobudur Kabupaten Magelang di sebelah berat museum kapal TWCB masih sepi. Banyak pedagang yang menolak untuk di relokasi di tempat ini, karena masih ada beberapa permasalahan yang belum bisa diselesaikan. (foto: ch kurniawati)
Tidak ada komentar: