KABARMAGELANG.COM---Balai Konservasi Borobudur (BKB) akan meneliti apakah lilin dan dupa yang sering digunakan untuk sarana beribadah umat Budha, berdampak terhadap kelestarian candi, baik dampak secara kimia maupun estetika. "Kita akan meneliti hal itu dan apapun hasilnya akan menjadi bahan pertimbangan BKB untuk membuat regulasi atau Standar Operasional Prosedur (SOP) terkait pemanfaatan candi Borobudur sebagai tempat ibdah," kata Kepala BKB, Marsis Sutopo, Selasa (9/12).
Marsis mengatakan, sejauh ini memang banyak warga yang datang ke candi Borobudur tidak hanya berwisata akan tetapi juga melakukan ibadah. Mayoritas mereka yang melaksanakan ibadah selalu menggunakan sarana ibadah seperti lilin serta dupa yang diletakkan di batu candi dan juga diselipkan di sela-sela bebatuan candi.
Ia juga mengungkapkan, bahwa seringkali lilin atau dupa yang ditinggalkan tampak mengotori Candi sehingga mengurangi keindahan candi. "Bahkan bisa jadi cairan lilin yang tumpah dan dupa yang diselipkan di sela-sela batu itu bisa menimbulkan reaksi kimia sehingga berdampak tidak baik terhadap kelestarian batu candi,” jelas Marsis, di kantor BKB kompleks Taman Wisata Candi Borobudur.
Setelah melakukan penelitian, maka selanjutnya BKB akan membuat rekomendasi yang ditujukan kepada warga yang hendak melakukan ibadah di candi yang dibangun pada abad 8 Dinasti Syailendra ini.
Marsis menegaskan, dirinya tidak 100 persen melarang warga yang akan beribadah di candi Borobudur. Namun ia hanya menganjurkan agar mereka tidak meletakkan lilin dan dupa langsung pada batu."Sebaiknya mereka menggunakan wadah khusus sehingga tidak bersentuhan langsung dengan batu,” saran Marsis.
Ia berharap, untuk kedepan warga yang melakukan ibadah, maupun berwisata agar lebih berhati-hati dan senantiasa menjadikan candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia yang patut dijaga estetika dan kelestariannya. (watie)
Tidak ada komentar: